Antara 1928–1974, Bandar Udara Kemayoran yang ditujukan untuk
penerbangan domestik dianggan terlalu dekat dengan basis militer
Indonesia, Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area
tersebut menjadi sempit, sementara lalu lintas udara meningkat cepat,
yang mana mengancam lalu lintas internasional.
Pada awal 1970-an,
dengan bantuan USAID, delapan lokasi berpotensi dianalisa untuk bandar
udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol,
Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara. Akhirnya, Tangerang
Utara dipilih dan ditandai juga Jonggol dapat digunakan sebagai bandara
alternatif. Sementara itu, pemerintah memulai upgrade terhadap Bandar
Udara Halim Perdanakusumah untuk melayani penerbangan domestik.
Antara
1974-1975, sebuah konsorsium konsultan Kanada mencakup Aviation
Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle Wilbee
Rowland (SWR), memenangkan tender untuk proyek bandara baru.
Pembelajaran dimulai pada 20 Februari 1974 dengan total biaya 1 juta
Dollar Kanada. Proyek satu tahun tersebut disetujui oleh mitra dari
Indonesia yang diwakili oleh PT Konavi. Pada akhir Maret 1975,
pembelajaran ini menyetujui rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan
aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik dan 1
terminal Haji. Terminal domestik bertingkat tiga dibangun antara
1975-1981 dengan biaya US$465 juta dan sebuah terminal domestik termasuk
apron dari 1982-1985 dengan biaya US$126 juta. Sebuah proyek terminal
baru, diberi nama Jakarta International Airport Cengkareng (kode:
JIA-C), dimulai.
1975 – 1977:
Untuk membuka lahan dan mengatur perbatasan provinsi dibutuhkan waktu.
Schiphol Amsterdam ditanyai pendapatnya yang mana menurut mereka agak
mahal dan overdesign. Biayanya meningkat karena penggunaan sistem
desentralisasi. Sistem sentralisasi menjadi yang terbaik.
Tim
tersebut masih menggunakan sistem desentralisasi. Sistem awal Bandar
Udara Orly West, Lyon Satolas, Hanover-Langenhagen dan Kansas City
digunakan karena simpel dan efektif.
12 November 1976: Undangan Tender kepada konsultan Perancis dengan pemenangnya Aeroport de Paris.
18
Mei 1977: Kontrak akgir ditandatangani antara Pemerintah Indonesia
dengan Aeroport de Paris dengan biaya 22,323,203 franc dan Rp
177.156.000 yang ekuivalen dengan 2,100,000 Franc. Waktu yang dibutuhkan
untuk pekerjaan tersebut adalah 18 bulan, dan pemerintah menunjuk PT
Konavi sebagai mitra lokal.
Hasilnya adalah:
2 landasan pacu termasuk taxiway
Jalan aspal: 1 di timur, yang lainnya di barat untuk layanan bandara. Jalan barat ditutup untuk publik.
3 terminal yang dapat menangani 3 juta penumpang per tahun
1 terminal untuk penerbangan internasional dan 2 untuk domestik
Kebun di dalam bandara dipilih sebagai gambaran.
20
Mei 1980: Pekerjaan dimulai dengan biaya untuk 4 tahun. Sainraptet
Brice, SAE, Colas bersama PT Waskita Karya sebagai pembangun.
1
Desember 1980: Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian senilai Rp
384.8 miliar dengan pembangun. Biaya struktur tersebut mencapai Rp
140.450.513.000 dari APBN, 1,223,457 Franc disumbang oleh Perancis dan
US$15,898,251 dari pemerintah.
1 Desember 1984: Bandar udara ini secara fisik selesai.
1
Mei 1985: Terminal kedua dimulai pembangunannya pada 11 Mei 1992. Pada
23 Desember 1986, Kepres No. 64 Tahun 1986 mengenai kontrol udara dan
daratan di sekitar Bandar Udara Soekarno-Hatta dikeluarkan.
Bandar
Udara Internasional Soekarno-Hatta (IATA: CGK, ICAO: WIII) merupakan
sebuah bandar udara utama yang melayani kota Jakarta di pulau Jawa,
Indonesia. Bandar udara ini diberi nama seperti nama Presiden Indonesia
pertama, Soekarno, dan wakil presiden pertama, Muhammad Hatta. Bandar
udara ini sering disebut Cengkareng, dan menjadi kode IATA-nya, yaitu
CGK.
Letaknya sekitar 20 km barat Jakarta, di Kabupaten
Tangerang, Banten. Operasinya dimulai pada 1985, menggantikan Bandar
Udara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat, dan Halim
Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandar Udara Kemayoran telah ditutup,
sementara Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan
charter dan militer. Terminal 2 dibuka pada tahun 1992.
Soekarno-Hatta
memiliki luas 18 km², memiliki dua landasan paralel yang dipisahkan
oleh dua taxiway sepanjang 2,400 m. Terdapat dua bangunan terminal
utama: Terminal 1 untuk semua penerbangan domestik kecuali penerbangan
yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines,
dan Terminal 2 melayani semua penerbangan internasional juga domestik
oleh Garuda dan Merpati.
Setiap bangunan terminal dibagi menjadi 3
concourse. Terminal 1A, 1B dan 1C digunakan (kebanyakan) untuk
penerbangan domestik oleh maskapai lokal. Terminal 1A melayani
penerbangan oleh Lion Air, Wings Air dan Indonesia AirAsia.
Terminal
2D dan 2E digunakan untuk melayani semua penerbangan internasional
maskapai luar. Terminal 2D untuk semua maskapai luar yang dilayani oleh
PT Jasa Angkasa Semesta, salah satu kru darat bandara. Terminal 2E untuk
maskapai internasional yang dilayani oleh Garuda, termasuk semua
penerbangan internasional Garuda dan Merpati. Terminal 2F untuk
penerbangan domestik Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara Airlines.
Bandar
udara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga
merancang bandar udara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu
karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan
kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Bagaimanapun, karena
perawatannya yang kurang, lokasinya tidak strategis dan pendapatan
kurang, bandar udara ini lebih rendah daripada bandara internasional
lainnya di daerah itu.
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
memiliki 150 loket check-in, 30 pengklaiman bagasi dan 42 gerbang.
Setiap sub-terminal memiliki 25 loket check-in, 5 pengklaiman bagasi dan
7 gerbang.
Angkasa Pura II sedang merencanakan pembangunan
terminal baru dengan fitur desain yang modern. Terminal 3 dibangun untuk
maskapai bertarif rendah. Terdapat sebuah rencana besar untuk membangun
5 terminal penumpang + 1 terminal haji dan 4 landasan pacu.
Pada 2009, bandara ini akan terhubung dengan Stasiun Manggarai (stasiun pusat Jakarta masa depan) oleh kereta api.
Bandar
udara ini membebankan pajak sebesar Rp 100.000 ($9 USD/8 Euro) untuk
setiap penumpang internasional dan Rp 30.000 untuk setiap penumpang
domestik
Elevasi 10 m (32 f)
Koordinat
06°07′32″LS,106°39′21″BT
Landas pacu
Arah Panjang Permukaan
ft m
07R/25L 12,007 3,660 Beton
07L/25R 11,811 3,660 Beton
Terminal 1
Terminal 1A
Indonesia AirAsia (Balikpapan, Batam, Denpasar/Bali, Medan, Padang, Surabaya)
Dirgantara Air Service
Lion
Air (Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Banjarmasin, Batam, Bau Bau,
Bengkulu, Bima, Denpasar/Bali, Gorontalo, Jambi, Kaimana, Kendari,
Kupang, Makassar, Manado, Mataram, Medan, Padang, Palu, Pangkal Pinang,
Pekanbaru, Semarang, Solo, Sorong, Sumbawa, Surabaya, Tahuna, Tarakan,
Tual, Yogyakarta)
Wings Air (Denpasar/Bali, Fak Fak, Luwuk, Manado, Mataram, Medan, Palembang, Pekanbaru, Sorong, Ternate, Yogyakarta)
Terminal 1B
Batavia
Air (Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar/Bali, Jambi, Kupang, Manado,
Medan, Padang, Palembang, Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang,
Surabaya, Tarakan, Yogyakarta)
Kartika Airlines (Balikpapan, Batam, Ipoh, Johor Bahru, Medan, Surabaya, Tarakan)
Sriwijaya
Air (Balikpapan, Bandar Lampung, Banjarmasin, Batam, Bengkulu,
Denpasar/Bali, Gorontalo, Jambi, Malang, Medan, Padang, Palangkaraya,
Palembang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo,
Surabaya, Tanjung Pandan, Yogyakarta)
Terminal 1C
Air Efata (Biak, Jayapura, Surabaya, Timika)
Airfast Indonesia (rute domestik)
Mandala
Airlines (Ambon, Balikpapan, Banda Aceh [dimulai pada 1 Oktober 2007],
Banjarmasin, Batam, Denpasar, Jambi, Makassar, Malang, Manado, Medan,
Padang, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta)
Eks-pengguna
Adam Air (Ijin perhubungan udara dicabut)
Citilink (Ditutup sementara (sampai pertengahan 2008))
Terminal 2
Maskapai berikut menggunakan Terminal 2 tetapi tidak jelas concourse yang mana yang digunakan.
Cebu Pacific (Manila)
Terminal 2D
AirAsia (Kuala Lumpur)
Air China (Beijing, Xiamen)
Air India (Mumbai, Singapore)
Asiana Airlines (Seoul-Incheon)
Cathay Pacific (Hong Kong)
China Airlines (Hong Kong, Taipei-Taiwan Taoyuan)
China Southern Airlines (Guangzhou)
Emirates (Colombo, Dubai, Kuala Lumpur, Singapore)
Etihad Airways (Abu Dhabi)
EVA Air (Taipei-Taiwan Taoyuan)
Japan Airlines (Tokyo-Narita)
KLM (Amsterdam, Kuala Lumpur)
Korean Air (Seoul-Incheon)
Kuwait Airways (Kuala Lumpur, Kuwait)
Lufthansa (Frankfurt, Singapore)
Malaysia Airlines (Kuala Lumpur)
Mandala Airlines (Penang)
Philippine Airlines (Manila, Singapore)
Qantas (Perth, Sydney)
Saudi Arabian Airlines (Jeddah, Kuala Lumpur, Riyadh)
Singapore Airlines (Singapore)
Thai Airways International (Bangkok-Suvarnabhumi, Singapore)
Valuair (Singapore)
Viva Macau (Macau)
Yemenia (Dubai, Kuala Lumpur, Sana'a)
Eks pengguna
Adam Air (Ijin perhubungan udara dicabut)
Terminal 2E
Batavia Air (Guangzhou, Kuching)
Garuda
Indonesia (Bangkok-Suvarnabhumi, Beijing, Chennai, Guangzhou, Ho Chi
Minh City, Hong Kong, Jeddah, Kuala Lumpur, Nagoya, Osaka-Kansai, Perth,
Riyadh, Shanghai-Pudong, Singapore, Tokyo-Narita)
AirAsia
Indonesia AirAsia (Kuala Lumpur, Johor Bahru)
KLM Royal Dutch Airlines (Amsterdam, Kuala Lumpur)
Lion Air (Ho Chi Minh City (mulai 18 April), Kuala Lumpur, Penang, Singapore)
Merpati Nusantara Airlines (international routes)
Qatar Airways (Doha, Kuala Lumpur, Singapore)
Royal Brunei (Bandar Seri Begawan)
Terminal 2F
Merpati Nusantara Airlines (rute domestik)
Garuda
Indonesia (Ampenan, Balikpapan, Banda Aceh, Banjarmasin, Batam, Biak,
Denpasar/Bali, Jayapura, Makassar, Manado, Medan, Padang, Palangkaraya,
Palembang, Pekanbaru, Semarang, Solo, Surabaya, Timika, Yogyakarta)
Friday, 10 February 2012
SEJARAH BANDARA SOEKARNO-HATTA
Penulis
Satuan Brimob Polda Jabar News
Diterbitkan
15:35
Tags
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Emoticon Emoticon